Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Bagaimana mungkin kau berniat untuk menyerah?

Gambar
Bagaimana mungkin kau berniat untuk menyerah...? Padahal kau tahu, bukan perjuangan ini yang membutuhkanmu ada dan tiadamu dalam perjuangan ini, akhirnya sama saja; kelak Allah akan tetap memenangkankannya melalui perjuangan mereka yang lain pejuang yang niatnya lebih suci, azzamnya lebih kokoh seumpama baja Bagaimana mungkin kau berniat untuk menyerah...? Padahal kau tahu, justru dirimu-lah yang membutuhkan perjuangan ini Bukankah surga itu mahal harganya? Sampai-sampai Allah katakan: jiwa dan hartamu itu milikNya! Wahai, telah cukupkah bekalmu untuk membeli surga? Bagaimana mungkin kau berniat untuk menyerah...? Padahal katamu, kau inginkan kemenangan Islam diraih olehmu Kau inginkan generasimu pantas untuk mendapatkan pertolonganNya Lalu, lihatlah dirimu! Akankah pertolongan Allah turun kepada orang-orang lemah bermental rendah sepertimu? Bagaimana mungkin kau berniat untuk menyerah...? Padahal kau tahu, kemenangan Islam hanya milik mer

Inilah Iman!

Gambar
Apakah Anda termasuk salah satu orang yang takjub dengan meluapnya peserta aksi damai 212 kemarin? Ya, saya pun demikian. Konon katanya aksi damai tersebut dihadiri hingga 7,4 juta orang kaum muslim yang berdatangan dari berbagai daerah. Jumlah yang jauh lebih besar dibanding aksi 411 sebelumnya. Malah saya sempat berpikir peserta aksi damai 212 tidak akan lebih banyak daripada peserta aksi 411, sebab begitu banyak tekanan dan ancaman dari beberapa pihak sehingga kaum muslim sulit untuk mencari celah. Tapi, Allahu Akbar… Allah Maha Besar, Maha Kuasa. Apa yang terjadi sungguh di luar prediksi. Cobaan bertubi-tubi yang menimpa kaum muslim sebelum aksi tersebut dilakukan, nyatanya tak menyurutkan niat suci mereka untuk menuntut keadilan hukum atas si penista agama. Bahkan ghirah perjuangan itu semakin berkobar-kobar, menyala-nyala. Hambatan demi hambatan yang bermunculan ternyata semakin melejitkan semangat mereka untuk mem

Tentang Pengorbanan; Siapalah saya ini?

Ada rasa nyeri di dada melihat betapa luar biasa jiwa pengorbanan kaum muslimin hari ini. Sungguh sinyal-sinyal kebangkitan itu telah ada. Lihatlah bagaimana ratusan kaum muslim nekat berjalan kaki dari kampung halamannya menuju ibukota demi menuntut keadilan atas penistaan agama mereka. Lihatlah... sungguh kaum ini bukan lagi terdiri atas buih. Sungguh, kebangkitan itu semakin dekat. Tengoklah bagaimana nekatnya mereka mewujudkan tekad mereka. Bahkan ketika beberapa pihak berusaha mengunci jalan mereka, mereka terus berusaha mencari celah. Bis-bis yang mereka sewa mendadak menolak mengangkut mereka? Bukan masalah! Jalan kaki pun jadi! Ada rasa nyeri yang bersahut-sahutan di dalam hati. Ada rasa perih yang entah datangnya dari mana. Ketahuilah bahwa perjuangan mereka hari ini, 2 Desember 2016, bukanlah demi eksistensi. Bukanlah demi kebanggaan duniawi. Apalagi demi recehan rupiah yang tak ada apa-apanya di sisi ilahi Robbi. Bukan demi itu semua. Perjuangan mereka hari ini, saya y

Catatan ...Kelelahan?

Gambar
DAKWAH. DAKWAH. DAKWAH. RATAKAN DENGAN ISLAM. RATAKAN DENGAN SYARIAH. RATAKAN DENGAN KHILAFAH. SEBARKAN DAKWAH KE SEGALA PENJURU. Hei, Apa kau tak jenuh? Apa kau tak bosan? Apa kau tak tergoda untuk berhenti, mencari kesenangan lain? TIDAAAAAAKKKKK! Bahkan seandainya kelelahan ini yang akan memuliakanku di hadapan Allah, Sungguh lebih aku cintai kelelahan ini daripada hanya sekedar beristirahat beberapa detik. ALLAH TAK PERNAH INGKAR JANJI. ALLAH TAK PERNAH MENEBAR HARAPAN PALSU. ALLAH TAK PERNAH LALAI MENGHITUNG SETIAP IKHTIARKU. TERUSLAH, TERUSLAH BERJALAN BERLARI MENEBARKAN ISLAM SAMPAI KELELAHAN ITU LELAH MENYERTAIMU SAMPAI KEFUTURAN ITU FUTUR MENGIKUTIMU! SAMPAI WAKTUMU HABIS, DAN SAAT ITULAH WAKTUMU UNTUK BERISTIRAHAT.

Pantaskah?

Saya malu kepada Allah,  Meminta ini-itu Inginkan ini-itu Sedang diri ini terkadang lalai memenuhi seruanNya. Saya malu kepada Allah Merasa berhak atas ini Merasa pantas untuk mendapatkan itu Padahal, diri ini masih jauh sekali dari predikat shalihah Berkali-kali tamparan itu menghampiri Wahai, pantaskah? Pantaskah, wahai diri? Lalu, ke mana lagi aku hendak berharap Ke mana lagi aku kan mengadu Ke mana lagi aku harus meminta "Berdo'alah kepadaKu, niscaya akan aku perkenankan bagimu..." QS. Ghafir:60

Ideologi Islam Bukan Ancaman; dan yang harus kita lakukan...

Gambar
Dahulu, pada masa awal terbitnya fajar Islam di Mekkah, orang-orang yang merasa terancam dengan Islam terdiri dari kaum kafir: Abu Jahal, Abu Lahab, dan lain-lain. Maka merekapun berusaha melakukan segala cara agar fajar Islam itu redup, bahkan lenyap. Mereka menyiksa orang-orang yang mengikuti risalah Rasulullah saw, mengusik kepentingannya dengan melakukan boikot, bahkan ancaman pembunuhan dialamatkan kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya. Lalu, hari ini kita menyaksika n kenyataan yang lebih parah: orang-orang yang merasa terancam dengan Islam kini tidak hanya terdiri dari kaum kafir saja, melainkan banyak dari kaum (yang mengaku) muslim sendiri yang merasa terancam. Mengapa merasa terancam? Karena bagi mereka, ideologi Islam adalah sesuatu yang asing. Bagi mereka, Islam tidak kompatibel dengan era global saat ini. Bahkan, bagi sebagian dari mereka, Islam akan mengganggu kepentingan-kepentingan individualnya, bahkan merugikan kesenangan hidup mereka.

Faktor X?

Terkadang kita lupa, bahwa yang membuat kita bernasib baik dan bernasib buruk di dunia ini bukan semata-mata usaha kita saja. Keangkuhan dan arogansi diri seringkali membuat kita berpikir bahwa kita bisa menentukan apa yang akan terjadi, seolah-olah segala sesuatu itu berada di bawah kendali kita. Padahal, ada sesuatu yang 'lain' yang berperan di sana. Sesuatu yang tak pernah kita pikirkan bahwa ia akan menjadi jalan keberuntungan atau bahkan jalan kesengsaraan bagi kita. Suatu variabel yang tak diketahui nilainya, entah dia positif ataukah negatif. Sebuah variabel X, yang hanya Allah yang tahu nilainya. Usaha = Hasil, benarkah? Kalau boleh saya mengoreksi, saya ingin menyelipkan variabel X di samping usaha manusia. Sehingga: Usaha * X = Hasil (tolong jangan kaitkan dengan rumus usaha yang sama dengan integral P dikali dV itu, jangan).  Jadi, apa sebenarnya faktor X ini? Ketika kita sudah berusaha mati-matian untuk mendapatkan sesuatu, segala upaya sudah di

Tentang Cinta: Belajarlah dari Ali bin Abi Thalib!

Gambar
Sumber gambar: impfashion.com Kalau kau kesulitan menerjemahkan cinta kepada Rasullulah saw., maka belajarlah dari seorang Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu. Ketika itu, para kaum Quraisy berdatangan menuju rumah Rasulullah saw dan berniat untuk membunuhnya sebelum beliau berhasil keluar dari Makkah. Mereka berdiri persis di depan pintu Rasulullah saw. dengan pedang tajam yang terhunus. Mereka berjaga-jaga di sana, menanti hingga Rasulullah keluar dari tempatnya. Rasulullah saw berkata kepada Ali, yang saat itu ada bersamanya di dalam rumah: "Wahai Ali, tidurlah di tempat tidurku, dan selimutilah seluruh tubuhmu hingga tidak satupun dari bagian tubuhmu yang kelihatan dengan selimut asal Hadhrami ini. Kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan sesuatu dari mereka yang tidak kamu sukai." Ali benar-benar melakukan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah. Ia berbaring di tempat tidur Rasulullah dan menyelimuti dirinya, sehingga ketika salah seorang di antara kaum kafir i

Catatan Ramadhan: Ramadhan Cemburu (Katamu, Kau Rindu?)

Gambar
Marhaban Ya Ramadhan! Selamat datang wahai bulan yang mulia, bulan yang suci, bulan yang penuh berkah dan kenikmatan. Bulan di mana para setan dibelenggu, para malaikat memohonkan ampun bagi siapa saja yang sabar berpuasa hingga tiba waktu berbuka, dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, bertebarannya ampunan dan rahmat dari Allah. Ah, Ramadhan, kau datang dengan segudang keistimewaan… Suatu ketika, Baginda Rasulullah saw. pernah mengatakan sesuatu tentangmu, Ramadhan: “ Seandainya para hamba mengetahui apa yang terdapat pada bulan Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan agar bulan Ramadhan terjadi sepanjang tahun.” Ya, seandainya kami tahu! Sayangnya, apa yang digambarkan tentang kemuliaanmu, terkadang masih belum terlihat jelas oleh kami. Sukacita yang kami tampakkan menjelang hari-hari penyambutanmu ternyata tak lebih dari sekedar euforia sehari saja. Kerinduan yang kami lisankan berhari-hari sebelum kedatanganmu terkadang tak kami buktikan