Tentang Pengorbanan; Siapalah saya ini?


Ada rasa nyeri di dada melihat betapa luar biasa jiwa pengorbanan kaum muslimin hari ini. Sungguh sinyal-sinyal kebangkitan itu telah ada. Lihatlah bagaimana ratusan kaum muslim nekat berjalan kaki dari kampung halamannya menuju ibukota demi menuntut keadilan atas penistaan agama mereka. Lihatlah... sungguh kaum ini bukan lagi terdiri atas buih. Sungguh, kebangkitan itu semakin dekat.

Tengoklah bagaimana nekatnya mereka mewujudkan tekad mereka. Bahkan ketika beberapa pihak berusaha mengunci jalan mereka, mereka terus berusaha mencari celah. Bis-bis yang mereka sewa mendadak menolak mengangkut mereka? Bukan masalah! Jalan kaki pun jadi!

Ada rasa nyeri yang bersahut-sahutan di dalam hati. Ada rasa perih yang entah datangnya dari mana.

Ketahuilah bahwa perjuangan mereka hari ini, 2 Desember 2016, bukanlah demi eksistensi. Bukanlah demi kebanggaan duniawi. Apalagi demi recehan rupiah yang tak ada apa-apanya di sisi ilahi Robbi. Bukan demi itu semua. Perjuangan mereka hari ini, saya yakin disebabkan karena iman yang membara di dalam dada, jiwa dan pikiran mereka terusik atas penistaan agama mereka. Konyolnya lagi, si penista masih asyik melenggang ke sana kemari, membawa status 'tersangka' yang entah apa pengaruhnya. Hukum omong kosong.

Lalu ada rasa nyeri yang bersahut-sahutan di dalam hati. Ada rasa perih yang entah datangnya dari mana.

Sekali lagi, lihatlah pengorbanan mereka. Adakah mungkin kesediaan mereka menempuh perjalanan ratusan kilometer jauhnya itu, karena dorongan rupiah? Kalau ya, siapakah gerangan yang sanggup mengucurkan dana sebanyak itu? Tidak.. Tidak ada. Hanya orang-orang yang tak paham iman yang tega memfitnah seperti itu. Hanya orang-orang yang tak yakin kuasa Allah yang berkata seperti itu.

Ada rasa nyeri yang bersahut-sahutan di dalam hati. Ada rasa perih yang entah datangnya dari mana.

Mereka... Sungguh pengorbanan mereka luar biasa. Semoga perjuangan mereka tercatat dalam sejarah dunia-akhirat. Sungguh Allah tak lalai menghitung setiap kelelahan mereka.

Lalu, saya...? Pengorbanan apa yang sanggup saya berikan demi agama ini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bersyukur masih bisa bersyukur.

Forget? No. JUST FORGIVE!

Space