Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Dear Indi

Dear Indi... Setulus apapun kebaikan yang kamu lakukan, pasti akan ada saja orang yang tak suka. Sebaik apapun niatmu, akan ada saja yang menganggapmu salah. Sebesar apapun usahamu, akan ada saja yang menganggapmu kurang. Jadi, jangan lupa untuk selalu meluruskan niat, ya. Kejar ridho Allah saja, bukan yang lain. Mengejar ridho makhluk itu capek, melelahkan, sia-sia, gak guna, makan hati . Persiapkan saja dirimu untuk hari penghisaban di hadapan Allah nanti, tak usah risau dengan ragam cemooh dan cibiran manusia. Stop blaming yourself, remember that you are precious. Thank you for being awesome! ☺️

Eksploitasi Batu Bara dalam Pusaran Neoliberalisme, Islam Solusinya

Oleh: Indina Ikhwana Jusman Tujuan: Menjelaskan potensi kekayaan batu bara Indonesia Menjelaskan permasalahan eksploitasi batu bara di Indonesia akibat neoliberalisme Menjelaskan perspektif Islam terhadap permasalahan eksploitasi batu bara di Indonesia Batu Bara dan Potensinya di Indonesia Batubara - bahan bakar fosil - adalah sumber energi terpenting untuk pembangkitan listrik dan berfungsi sebagai bahan bakar pokok untuk produksi baja dan semen. Namun demikian, batubara juga memiliki karakter negatif yaitu disebut sebagai sumber energi yang paling banyak menimbulkan polusi akibat tingginya kandungan karbon. Sumber energi penting lain, seperti gas alam , memiliki tingkat polusi yang lebih sedikit namun lebih rentan terhadap fluktuasi harga di pasar dunia. Dengan demikian, semakin banyak industri di dunia yang mulai mengalihkan fokus energi mereka ke batubara. Dengan tingkat produksi saat ini (dan apabila cadangan baru tidak ditemukan), cadangan batubara global di

What's Wrong with Being a Thinker?

Awalnya saya biasa aja pas ada yang bilang kalau hidup saya tuh terlalu serius, terlalu banyak mikir, gak nyantai dll. I didn't take it too much sampai saya menghitung ada sekitar selusinan orang yang mengatakan hal yang sama. Mereka bilang saya kebanyakan mikir. Tapi mereka tidak tahu, dengan mereka mengatakan hal itu, itu justru menambah intensitas berpikir saya. Haha. Suatu hari saya iseng ikut tes My Creative Type di Facebook. Saya tidak punya jaminan apakah indikator di sana cukup valid atau tidak. But, yeah, let's just check it. Saya tidak heran ketika hasil yang keluar: The Thinker. Terimakasih atas penegasan ini, setelah sebelumnya melihat kalkulasi karakter saya dari MBTI Test. Now I know myself better. Dulu, saya berpikir bahwa semua orang juga melakukan hal yang sama kayak saya. Kalian juga, kan? Kalian juga mikir, kan? Bilang iya, dong. Wkwk. Tapi ternyata tidak. Saya takjub ketika mengetahui ada orang yang hidupnya 'let it flow' aja. Saya takjub ketika me

Forget? No. JUST FORGIVE!

Beberapa waktu belakangan, Allah mempertemukan saya dengan orang-orang, buku, dan asupan otak lainnya yang-amazingly- kompak mengajarkan saya tentang sebuah konsep; FORGIVE = FORGET. Jadi saya akan menuliskannya di sini dengan harapan saya akan terus mengingat pelajaran berharga ini. Pernah gak sih dalam hidup ini kita merasa ingiiiin sekali melupakan sesuatu (kejadian, orang, atau pengalaman), tapi rasanya seolah-olah semesta ini semakin mempertegas ingatan kita tentangnya? Yang paling buruk, jika itu terkait pengalaman pahit yang ingin sekali kita buang dari laci memori kita, sebab setiap kali ingatan itu muncul, ada rasa sakit yang selalu mencuat entah dari mana. Rasa sakit yang muncul bersamaan dengan rasa benci, jengkel, sedih, tapi juga hampa. Nah, selama ini saya berpikir bahwa melupakan hal-hal seperti itu mustahil bisa kita lakukan. Sampai suatu ketika, seserang menyadarkan saya... Bahwa yang seharusnya kita lakukan bukanlah usaha untuk melupakan, namun yang terpenting adal
Bagaimana bisa... Curiousity dan anxiety itu bisa berpadu dalam satu kepala? Kau tau rasanya? Super lelah! Dear, my brain. Mari kita berdamai saja!

Saya Percaya... :)

Saya selalu percaya bahwa Allah tidak pernah menyia-nyiakan hambaNya yang berjuang di jalan ketaatan. As long as we put effort for that, Allah will never deny us. Maka ketika kerikil-kerikil tajam mulai mengganggu perjalanan, ingatlah bahwa yang namanya perjalanan memang tidak selamanya mulus. Ada saatnya kita akan terseok, berpayah-payah menyeret langkah, bahkan untuk ke menatap ke depan saja kita mesti berusaha setengah mati. Tak apa. Itu bagian dari perjalanan. Satu hal yang istimewa dari itu semua adalah bagaimana kita tetap menjaga agar langkah kita tidak keluar dari koridor syariatnya betapapun tajamnya kerikil yang menghadang. Diiringi dengan lapangnya hati untuk mengeja setiap hikmah yang Allah selipkan dari setiap ujian. Wahai diri, ingatlah. Allah menabur cinta di dalam setiap proses ujian yang kau hadapi. Allah mengasah dirimu di setiap ujian yang terlewati. Allah menghadiahi ganjaran pahala untuk setiap kelapangan hati menerima takdirNya. 30/01/'19 00.42

Percayalah

Percayalah. Di jalan revolusi, mereka yang hanya mencari pujian dari manusia pasti akan binasa. Ujian akan keikhlasan adalah hal yang niscaya. Di jalan revolusi, mereka yang orientasinya adalah tepukan riuh dari manusia pasti akan menyerah. Ambisinya akan hanyut seiring berdatangannya amanah. Di jalan revolusi, mereka yang mengharap decakan kagum dari manusia pasti akan terkalahkan. Hanya keteguhan cinta pada Allah dan RasulNya yang sanggup membuat diri bertahan. Maka tanyakanlah pada hatimu, sekali lagi. "Why did u start it?"