Awal tahun ini, saya menyadari satu hal sederhana: kita harus bersyukur ketika masih punya kesempatan untuk bersyukur. Alhamdulillah, terima kasih, Ya Allah... Ada banyak hal yang sebelumnya telah saya sesalkan, ada banyak hal yang membuat saya menggerutu, marah, dan sebagainya, bahkan termasuk hal-hal sederhana, dan kini saya sadar bahwa bisa jadi hal-hal itu akan diambil oleh Allah. Sayangnya, saya baru menyadari betapa saya membutuhkan-dan mencintainya- ketika saya sudah kehilangannya. Bahwa kesyukuran itu mahal sekali harganya, benar. Mensyukuri segala yang datang meskipun kita tidak senang. Mensyukuri segala yang menghampiri meski kita tak selalu menyukai. Namun pada akhirnya, kita akan selalu sadar bahwa semua yang berasal dariNya selalu baik, selalu indah, selalu manis. Bersyukurlah.
Tadi pagi, setelah membaca beberapa lembar buku wajib yang harus saya selesaikan minggu ini, saya mengaktifkan modem. Seperti biasa, kalau sudah terhubung wi-fi, handphone saya berdering tidak karuan karena banyaknya pemberitahuan yang masuk. Di antara notification yang silih berganti di notif bar, ada pesan di grup WA, dari Kak Dio. Isinya: "Innalillahi wa innailahi roojiun........" Karena hanya membaca melalui notif bar, jadi tidak terbaca keseluruhan isi pesan. Saya tidak langsung membuka WA. Saya termenung sesaat... Teringat seorang kakak yang beberapa hari belakangan memang sedang dirawat di rumah sakit, dan menurut kabar kondisinya semakin memburuk dari waktu ke waktu. Saya memang tidak mengenalnya. Tapi, fakta bahwa kami berada pada barisan perjuangan yang sama, tetap saja membuat saya sedih mendengarkan kabarnya. Bahkan, kata mereka yang telah menjenguk, beliau berada dalam kondisi koma hingga tidak bisa menyadari kehadiran orang-orang di sekelilingnya... Ya Allah ...
Baru semalam ngoceh panjang lebar sama seorang adik, "Kesulitan itu terkadang datang untuk menguji kedekatan kita pada Allah dan pada Alqur'an..." Malam ini langsung ujian. Ujian komitmen terhadap ucapan. Allah :')
Komentar
Posting Komentar