Benarkah Dakwah adalah Poros Hidupku?

Aku tersentak. Waktu seakan terhenti. Bibir, bahkan pikiranku seolah kehabisan kata untuk menggambarkan apa yang sedang kurasakan. Entah mendapatkan pikiran dari mana, tiba-tiba saja perasaan itu muncul seperti sengaja datang untuk menampar dan membangunkan diri yang sedang lalai.

"Kamu kan, anggota lembaga dakwah. Kok malas berdakwah?"

Huaaa... Rasanya seperti disambar petir. Teguran tadi bukan datang dari musyrifahku, bukan pula dari teman-temanku. Teguran itu datang dari diriku sendiri. Ya... Seperti mendapatkan bisikan dari Allah dalam lamunan. Dan entah bagaimana menjawabnya...

"Dakwah adalah poros hidupku..."
Kalimat ini sering sekali terdengar bahkan terucap oleh (seseorang yang MENGAKU) pengemban dakwah sepertiku. Menjanjikan kepada seluruh dunia bahwa setiap hembusan nafas ini hanyalah untuk dakwah Islam. Bersaksi kepadaNya untuk selalu bersedia 'menolong' agamaNya. Tapi, realisasinya manaaa? Astagfirullah aladzim...

Setiap pagi berangkat ke kampus dengan niat untuk kuliah, sisanya untuk berdakwah. SISA. Atau, KALAU ADA WAKTU LUANG. Hey! Dakwah hanya dilakukan kalau ada waktu luang? Pengemban dakwah macam apa aku ini? Teman-teman di sekitarku larut dalam kesenangan-kesenangan yang menyesatkan. Bukan karena mereka bebal, tapi karena aku yang malas untuk menunjukkan kebenaran kepada mereka. Pada waktu yang sama, aku malah asyik dengan duniaku sendiri. Memperkaya diriku sendiri dengan tsaqofah Islam dan pemahaman Islam, tak peduli dengan teman-temanku yang lain. Seakan surga hanya muat oleh diriku sendiri. Lantas, jika kelak mereka menuntutku, "Mengapa kau tak pernah mengajarkan kebaikan kepadaku sewaktu masih di dunia?" Aku harus menjawab apa? Ya Rabb...

Satu penolakan, cukup untuk membuat diriku menyerah. "Ya sudahlah, kan sudah diberitahu", kataku. Tak terpikir bagaimana jika seandainya Allah akan membalik hatinya pada ajakan berikutnya, tapi pengemban dakwah yang malas ini sudah keburu menyerah. Fiuuh, satu kesempatan hilang lagi. Bagaimana jika itu terjadi berkali-kali? Ya sudah, sekian banyak potensi telah kusia-siakan. Padahal, bisa jadi kelak mereka yang kuabaikan itu akan menjadi pengemban dakwah yang lebih tangguh...

Lalu, tanyalah kembali kepada hati kecilmu, benarkah dakwah adalah poros hidupmu? Sudahkah kau jadikan dakwah sebagai prioritas utamamu, bukan sekedar pengisi waktu luang? Sudahkah kau korbankan segenap hal yang kau miliki demi dakwah ini, demi agama ini?

Sebab sesungguhnya dakwah adalah cinta, dan cinta akan meminta semuanya darimu...

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (TQS. An Nahl: 125)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bersyukur masih bisa bersyukur.

Forget? No. JUST FORGIVE!

Space