7 Tips Menangkal Baper



Tulisan ini saya buat tanpa bermaksud menggurui siapapun atau karena saya nggak pernah baper sama sekali. Totally no… Justru karena saya juga sering mengalami hal ini, makanya tulisan ini lahir. Jadi sebenarnya, tulisan ini saya buat sebagai pengingat untuk diri saya sendiri, mana tahu nanti saya lupa lagi, hehe. Saya sengaja tidak mencantumkan dalil syara’ baik itu ayat Qur’an atau al-hadits, karena saya yakin teman-teman semua sudah fasih melafalkannya. :)

***


Akhir-akhir ini saya sering dibuat risih dengan postingan-postingan seputar VMJ alias virus merah jambu yang beredar di dunia maya. Bukan, bukan soal cinta kera dan aktivitas menjijikkan bernama pacaran. Kalo soal begituan sih, sudah saya kick jauh-jauh dari pandangan mata saya. Tapi ini tentang cinta—yang menurut sebagian orang—adalah cinta yang sakral (hahaha). Dibahas dengan begitu apik dan halus, perlahan mengajak pembaca untuk hanyut dalam khayalan tingkat tinggi, disertai dengan gambar-gambar yang MEMANG mengundang imajinasi liar. Awalnya sih, membahas pergaulan pria dan wanita sebagaimana yang diatur syari’at. Semacam ta’aruf, khitbah, walimah, dan lain sebagainya. Katanya biar yang masih lajang nggak buta-buta banget soal hal ini. Tapi kok, makin ke sini pembahasannya semakin liar ke mana-mana, ya? Apa saya yang salah arena? (Iya, kali). Bukan lagi terfokus tentang bagaimana syari’at mengaturnya, tapi sudah sampai ada yang saling kode-kodean di kolom komentar. Apalagi kalo ditambah simbol ‘:)’ dan ‘^^’ yang bisa bikin melayang berhari-hari. Tidak lagi terfokus mengajarkan apa yang seharusnya dipersiapkan, tapi malah asyik mem-bully yang masih jomblo yang lebih sering merasa ngenes. Ini juga, yang masih jomblo, hobi banget sih ngenesin diri sendiri! Jones… jones… apa coba. Jomblo di jalan Allah kok ngenes! 


Padahal gharizah nau’ itu tidak akan muncul kalo memang tidak dipancing. Ya kalo dipancing, menggelepar-geleparlah ia. Penuh deh itu pikiran sama wajah yang tidak pantas untuk dihayalkan. Hilanglah beberapa ayat yang baru saja dihafal. Hitung saja berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk berkhayal? Senyum-senyum sendiri? Berkhayal tingkat tinggi sampai beberapa episode? Waktu berlalu sia-sia. Ironisnya lagi, kalo yang menjadi pelaku adalah the-so-called pengemban dakwah. Blah! Pengemban dakwah kok baperan, gimana mau memimpin umat? Ehm, okay. Memang, hal itu adalah fitrah. Nggak bisa disalahkan juga. But it IS our choice to decide how we handle it. Dengan memamerkannya ke seluruh dunia-kah? Atau dengan menyimpannya erat-erat sendirian? Kembali ke pilihan kita dong. Saya juga mengakui, memang naluri nau’ itu agak susah untuk dibendung. Tapi, kalau kita berusaha mengalihkannya ke hal yang lain, insya Allah kita tidak akan terkurung dalam ke-baper-an ini. Apalagi sampai uring-uringan berhari-hari. Jangan sampai, jembatan hijrah yang sudah susah payah kita bangun ini, runtuh seketika karena terlalu sibuk dengan urusan yang satu ini. Yang sudah tobat dari aktivitas pacaran, jadi ingat mantan… Yang emang nggak pernah pacaran, jadi ingat teman (Lah!). Jangan sampaaiii… Nah, berikut ini tips-tips yang boleh dicoba untuk menangkal rasa baper, sekaligus meluruskan gerak kita agar tak salah arah. Tips-tips ini saya rangkum dari hasil analisa dan pengalaman saya sendiri. Boleh diikuti, nggak diikuti juga nggak apa-apa. Asal jangan baper aja, hehe. Here we go.

Tips #1: Periksa niatmu; does it still exist for Allah?

Okay, memang tips ini sudah sering kita dengar dan mungkin kita juga sudah bosan mendengarnya. Tapi, ini salah satu kunci penting yang bisa menyelamatkan kita dari kesibukan yang sia-sia semacam baper of love ini. Ingatkah, di awal belajar Islam dulu, kita memahami bahwa perbuatan yang baik itu dilandasi oleh niat ikhlas karena Allah. Kita berhijrah, karena Allah. Kita berjuang, karena Allah. Kita berdakwah, karena Allah. Nah, salah satu penyakit hati yang menjangkiti orang-orang yang suka baper adalah, ketika mereka memperbaiki diri mereka dan menjalani ibadah bukan lagi karena Allah. Tapi karena si idaman hati. Katanya, jodoh itu cerminan diri. Maka, perbaiki dirimu, agar mendapatkan jodoh yang baik. BLAS. Jadi deh, dirinya disibukkan dengan segala hal menyangkut jodoh ini, jadi baperan, haha. Jangan sampai seperti itu, ya, ikhwah. Tahtakanlah Allah di atas segala-galanya, itulah arti cinta yang sebenar-benarnya. Dakwah adalah sebaik-baik pembuktian cinta…
 
Tips #2: Cek hafalan Qur’an-mu! Jangan-jangan, dia sudah lama kabur dari pikiranmu…

Ini juga cara yang paling ciamik untuk mengalihkan perhatian kita dari hal-hal yang tidak seharusnya. Al-Qur’an, sang pemberi syafa’at di hari akhir bagi siapapun yang mencintainya. Pernahkah kita merasa hampa jika sudah lama tak membacanya atau sekedar menyentuhnya dengan perasaan khidmat? Kalau tidak, waaah, gawat. Kamu patut khawatir, sebab hatimu tak terpaut lagi padanya. Apalagi jika hafalanmu nggak nambah-nambah, atau malah menghilang sebagaimana unta yang terlepas dari ikatannya. Yaah, sayang sekali. Hafalan Al-Qur’an itu sudah tergeser posisinya dari pikiranmu, tergantikan dengan pikiran tak bermutu karena cinta cap monyet. Relakah?

Tips #3: Baca buku dan explore pengetahuanmu!

Seorang pengemban dakwah harus bisa menyesuaikan pola pikir dan pola sikapnya sesuai dengan hukum syara’. Caranya dengan selalu menambah pengetahuan-pengetahuan tentang syariat Islam dan memahami dengan sadar tolok-tolok ukurnya. Well, ilmu itu luaaass. Kita jangan sampai cepat merasa puas karena (merasa) sudah banyak membaca. Pelajari tsaqofah Islam, agar semakin terbentuk syakhsiyyah islamiyyah itu di dalam diri kita secara sempurna. Di samping itu, kita juga perlu meng-update pengetahuan kita tentang dunia luar yang sesuai dengan minat kita. Masih banyak, lho, ilmu-ilmu yang tersembunyi di luar sana dan boleh jadi kita belum mengetahuinya. Misalnya, tentang kisah perjalanan dakwah Rasulullah saw. yang mengandung banyak sekali ibroh, atau tentang konspirasi golongan tertentu untuk mengutak-atik tatanan dunia. Yakin, cuma mau menghabiskan waktu untuk galau-galau-melow?

Tips #4: Buka mata! Umat tengah menanti aksi brilianmu.


Yang namanya pengemban dakwah, sudah menjadi kewajibannya untuk bisa berinteraksi dengan umat dan merasakan problematika umat. Tidak hanya sampai di situ, pengemban dakwah juga harus bisa jeli melihat kebutuhan umat dan sigap melakukan upaya penyadaran di tengah-tengah umat. Perkembangan berita yang seakan tidak pernah berhenti mengharuskan pengemban dakwah untuk selalu up-to-date dan mendesak mereka untuk berpikir kritis dan tajam agar bisa menyuguhkan solusi sesuai dengan ideologi yang diembannya. Mereka wajib mafhum tentang persoalan yang terjadi. Kepekaan politik itu salah satunya diasah dengan mengikuti perkembangan berita, baik dari media cetak atau elektronik. Nah, kalo pengemban dakwah-nya baperan, gimana mau memimpin umat? Perjuangan ini lurus, tapi tidak mulus. Akan banyak aral melintang yang mengancam kita di depan sana. Well, the spoiled fighters are NOT needed here.

Tips #5: Kembangkan hobimu, siapa tahu bisa jadi kontribusi besar untuk dakwah.

Ada yang hobi menulis? Menggambar? Desain grafis? Video editing? Atau hobi lainnya yang bermanfaat? TEKUNI! Asah kemampuannya sampai bisa expert di bidang itu. Lumayan, kan, bisa dapat limpahan pahala kalau kita bisa berkontribusi untuk dakwah dengan hobi yang kita miliki. Menulis artikel dakwah, atau mendesain gambar untuk dakwah visual bisa jadi pilihan. Daripada nulis puisi galau atau melukis isi hati? :p

Tips #6: Jangan berlebihan membaca tulisan tentang pernikahan, apalagi yang cuma menceritakan indah-indahnya saja. 

Ini dia yang selalu membuat naluri nau’ meledak-ledak. Kebanyakan baca artikel tentang keindahan pernikahan dan pengalaman orang-orang yang sudah menikah! Trust me, mereka itu cuma menceritakan yang indah-indahnya saja. Aslinya, kehidupan pasca nikah itu—katanya—kompleks dan tidak sesederhana yang dibayangkan. Boleh jadi, kaum jomblowan yang suka share status kebelet nikah itu, belum paham soal ini (well, so do I). Jadi, tak usahlah kita berlebihan menanggapi tulisan-tulisan itu. Dibaca boleh, dibawa perasaan jangan. Nanti kebablasan. Begitu pula kalau ada tulisan atau gambar terkait hal-hal semacam itu—jodoh, pasangan hidup, dkk—nggak usah ditanggapi serius. Stay cool.

Tips #7: Bukan berarti nggak boleh ngomongin pernikahan. Tetap pelajari, karena ia bagian dari hukum syara’.
Salah satu kewajiban bagi setiap muslim adalah mempelajari ilmu agama. Nah, salah satu bagian dari ilmu agama ini adalah bab pernikahan. Menjauhi ke-baper-an bukan berarti menghindar dari pembelajaran tentang nikah. Justru hal ini juga wajib kita pahami, karena ini juga merupakan bagian dari hukum syara’. Yah, nggak usah pamer-pamer juga kalo kamu lagi baca buku Risalah Khitbah, misalnya. Ntar ada yang merasa di-kode-in, haha. Cukup mempelajarinya dengan tekun, tentunya dengan niat karena Allah, bukan karena mau pamer. Anyway, sebenarnya kalau kita mempelajari tentang pernikahan, kita akan semakin paham bahwa hal itu memang tidak sesederhana yang kita bayangkan. Dijamin, kamu akan berhenti baper soal nikah dan sibuk menempa diri agar siap menghadapinya. Kalau belum siap, ngapain dipaksa? If you are not ready yet, don’t push your luck!

00.49 am
24/2/2016

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bersyukur masih bisa bersyukur.

Space

Forget? No. JUST FORGIVE!