Tentang Jilbab
Jangan salah, saya bukannya mau ceramah nih, haha. Cuman mau sharing doang masalah jilbab. Well, saya udah berjilbab selama kurang lebih dua tahun. Karena sekolah saya adalah sekolah yang mengaharuskan siswi muslim untuk menggunakan jilbab, makanya saya pakai jilbab. Awalnya sih saya gak berniat berjilbab. Mama saya juga bilang kalo saya belum pantas berjilbab. Tapi untungnya Tuhan merahmati saya dengan menyekolahkan saya di sekolah seperti ini.
Memang sih, awalnya saya berjilbab di lingkungan sekolah saja. Di luar sekolah, tidak. Istilahnya on/off gitu. Tapi lama-kelamaan, saya merasa risih juga.
Teman sekolah saya yang sering liat saya di luar sekolah sering bilang "oh, kamu pakai jilbab?" dengan tatapan (yang menurut saya) ngejek banget. Jadinya saya berniat untuk terus berjilbab. Apalagi setelah mendengar ceramah seorang ustad yang berbunyi "Wanita yang sempurna adalah wanita yang menutup auratnya dan menjaga kehormatannya" dan "Apabila sehelai saja rambut wanita terlihat oleh yang bukan muhrimnya, maka ganjarannya adalah 70 dosa". Bayangkan! Sehelai saja udah 70 dosa! Apalagi kalo seluruh rambutnya terlihat! Naudzubillah.
Saya juga sempat membaca sebuah buku yang berjudul 'Jilbab Pertamaku' karya Asma Nadia. Disitu ada kisah beberapa orang gadis muslim yang baru pertama kali mengenakan jilbab. Ada pula yang mendapat hidayah dari Allah SWT untuk berjilbab. Dengan membaca buku itu, saya pun merasa mendapatkan hidayah untuk menjadi muslimah seutuhnya.
Tapi, saya tidak bisa meninggalkan kepribadian saya yang bisa dibilang tidak menunjukkan wanita muslim. Nah, wanita muslim kan biasanya tidak banyak omong, bersahaja, penyayang, sabar, dsb, dan itu sama sekali tidak menunjukkan kepribadian saya. Saya itu cerewet, mudah marah, suka bentak-bentak, dan sama sekali tidak bersahaja. Jadi, meskipun berjilbab diluar, hati saya tetap tidak 'berjilbab'.
Tapi tentu saja saya selalu berusaha untuk menjadi muslimah yang sebenarnya. Mengubah sifat saya yang jelek, menjadi perempuan yang seperti disebutkan diatas. Saya pun bersyukur karena Allah telah memberikan hidayah untuk berjilbab. Bukankah itu sudah luar biasa? Dan saya yakin Allah akan terus membimbing dan menuntun saya untuk menjadi hamba-Nya yang shalehah. Amin.
Memang sih, awalnya saya berjilbab di lingkungan sekolah saja. Di luar sekolah, tidak. Istilahnya on/off gitu. Tapi lama-kelamaan, saya merasa risih juga.
Teman sekolah saya yang sering liat saya di luar sekolah sering bilang "oh, kamu pakai jilbab?" dengan tatapan (yang menurut saya) ngejek banget. Jadinya saya berniat untuk terus berjilbab. Apalagi setelah mendengar ceramah seorang ustad yang berbunyi "Wanita yang sempurna adalah wanita yang menutup auratnya dan menjaga kehormatannya" dan "Apabila sehelai saja rambut wanita terlihat oleh yang bukan muhrimnya, maka ganjarannya adalah 70 dosa". Bayangkan! Sehelai saja udah 70 dosa! Apalagi kalo seluruh rambutnya terlihat! Naudzubillah.
Saya juga sempat membaca sebuah buku yang berjudul 'Jilbab Pertamaku' karya Asma Nadia. Disitu ada kisah beberapa orang gadis muslim yang baru pertama kali mengenakan jilbab. Ada pula yang mendapat hidayah dari Allah SWT untuk berjilbab. Dengan membaca buku itu, saya pun merasa mendapatkan hidayah untuk menjadi muslimah seutuhnya.
Tapi, saya tidak bisa meninggalkan kepribadian saya yang bisa dibilang tidak menunjukkan wanita muslim. Nah, wanita muslim kan biasanya tidak banyak omong, bersahaja, penyayang, sabar, dsb, dan itu sama sekali tidak menunjukkan kepribadian saya. Saya itu cerewet, mudah marah, suka bentak-bentak, dan sama sekali tidak bersahaja. Jadi, meskipun berjilbab diluar, hati saya tetap tidak 'berjilbab'.
Tapi tentu saja saya selalu berusaha untuk menjadi muslimah yang sebenarnya. Mengubah sifat saya yang jelek, menjadi perempuan yang seperti disebutkan diatas. Saya pun bersyukur karena Allah telah memberikan hidayah untuk berjilbab. Bukankah itu sudah luar biasa? Dan saya yakin Allah akan terus membimbing dan menuntun saya untuk menjadi hamba-Nya yang shalehah. Amin.
Komentar
Posting Komentar