Masihkah Kau Salahkan Dakwah? --Sebuah Tamparan Keras

 




== Masihkah Kau salahkan Dakwah? ==

Terkadang, dakwah akademis kita harus berhadapan dengan dakwah yang lain.disatu sisi kita memiliki tanggungjawab akademis untuk membahagiakan orang tua. namun disisi lain, ada amanah yang khusus Allah berikan kepada kita berat memang. tak ada yang ringan. terlebih bila deretan IP kita selama ini termasuk PMDK (Persatuan Mahasiswa Dua Koma) rasa ingin meningkatkan angka itu begitu kuat hingga terkadang mungkin kita melalaikan amanah2 kita yang lain. ikhwati fillah, begitu sering saya mendengar bahwa ada seseorang yang dengan alasan akademis memutuskan untuk berhenti dari dakwah karena beralasan ip/ipk yang turun. maka, apakah benar keterlibatan kita di dakwah menurunkan nilai ip/ipk kita? hanya pengecutlah yang mundur dengan alasan akademis, kenapa? karena mereka yang mundur juga jarang mendapatkan nilai ip/ipk diatas 3,5. justru terlalu sering saya mendapatkan kabar bahwa mereka yang dengan keikhlasan tinggi malah ber ip/ipk sangat memuaskan. maka, masih adakah alasan kita untuk mundur dari dakwah? tidakkah kita belajar dari kecerdasan seorang Ibrahim???yakinlah, bahwa yang menolong agama Allah pun akan Allah tolong....


“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS: Muhammad:7)

Teringat sebuah cerita, ada seorang aktvis dakwah. Beliau, aktif, sangat aktif sekali, cukup salut pada beliau. Tak heran, jika ia menjadi salah seorang lumayan penting dalam kampus. Keberadaannya pun menjadi “rebutan” bagi wajihah-wajihah dakwah. Namun ia kemudian bermasalah dalam semesternya kali ini. Dan alangkah terkejutnya ketika ia berkata, ia ingin “berkonsentrasi kuliahnya”. Sebuah istilah lain untuk berkata, “ana ingin mundur”. Ini memang bukan yang pertama kalinya. Sebelumnya pun sudah pernah terjadi seperti ini.

“Ana hanya ingin membahagiakan orang tua akh!”

sadarkah antum wa antuna, “apakah HANYA dengan IP kita bisa membahagiakan orang tua kita? Alangkah minim sekali standart itu?” terkadang kita begitu terlalu sempit membatasi semua standar kita. Atau jawaban-jawaban klise lain.

“Ana kekampus ini untuk kuliah akh!”
“Lha iya sama, ana juga kuliah, bukan jualan donat, atau jadi cleaning service”.
Ah seandainya IP kita yang bagus, semakin mendekatkan kita ke Jannah-Nya…

seandainya saja…

Lagi-lagi kasus ini terulang lagi, dan lagi-lagi keterbatasan dan keterpurukan IP, seringkali membuat kita menyalahkan aktivitas dakwah kita. Kita pun seolah menuding pada aktivitas dakwah yang seabrek, pada ini, pada itu, dan kita pun meminta pengurangan amanah, bahkan yang terburuk, kita mundur dari sebuah amal dakwah. Masya Allah…

Sambil berkelit kita berkata, “Ah, bukankah saya masih tetap berdakwah, meski dalam bentuk yang berbeda?”, tanpa mau sedikitpun kita tersadar, kita telah membuat sebuah kekuatan menjadi lemah karena salah satu tiangnya pergi. Tanpa sadar bahwa kita membuat tiang-tiang lain, kemudian menerima beban atap yang kita tinggalkan, padahal dalam sebuah kenyataan IP mereka lebih buruk daripada kita…

Allahu Akbar!! Astaghfirullah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, dan menghilangkan sikap egois-egois kita.

Dakwah itu syamil, jangan dikotak-kotakkan dengan akademis, organisasi dan lain sebagainya

Ya Allah, jadikanlah kami malu kepada rasulMu, kepada Umar, sang khalifah tanpa istana karena untuk ummat-lah miliknya semuanya.

Jadikanlah kami malu kepada Mushab, selebritis Mekkah yang meninggalkan gemerlap dunianya untuk bergabung menjadi pemuda dakwah, yang di akhir Uhud, syahid dengan baju yang sangat sedikit.

Jadikanlah kami malu kepada Sumayyah, bukan sekedar IP atau harta mereka berkorban, namun dengan jiwa dan darah mereka persembahkan.

Jadikanlah kami malu kepada Al Khansa, bukan sekedar IP atau harta ia korbankan, namun keseluruhan putra-putra terbaiknya yang ia persembahkan.

Sungguh segenap alasan, bisa kita lontarkan saat ini, sebagaimana Ka’ab bin Malik yang tak ikut tabuk-pun tentulah akan mampu untuk menjawab mahkamah Rasulullah. Sebagaimana yang dilakukan 80 orang sebelumnya. Namun ia tahu, bahwa Allah Maha Tahu segalanya. Bahwa kita bisa jadi akan berjuta alasan di dunia, dan orang-orang pun dengan ikhlas akan menerima. Namun kita pun terkadang lupa, Akankah kita bisa menjawab hal yang sama di akhirat? Ketika kita disodorkan, “bukankah sudah disampaikan dalam Al Maidah 54, bukankah sudah kami sampaikan dalam Ash Shaf, dalam ini dalam itu?”

Sungguh, melemah dalam perjalanan, adalah lebih baik daripada kalah dan berbalik arah

dan sungguh kekuatan dalam perjalanan, akan lebih disukai. Karena mukmin yang kuat, lebih disukai daripada mukmin yang lemah.

Ya Allah, jangan biarkan kami berkata, “ini Hidupku, ini pilihanku”

Padahal dalam setiap sholat kami, kami berkata, “inna sholaati wanusuki wa mahyaya, wamamaati lillahi robbil ‘alamin”

Ya Rabb, luaskanlah hati kami, luaskanlah cara pandang kami, agar ketika kami menunjuk menyalahkan dakwah, maka 4 jari ini tetap menunjuk kepada diri kami, berkata, “Bukankah kita sendiri yang malas?”

Ya Rabb, jangan jadikan “pilihan untuk mundur dari perjalanan”, ada dalam lembar kehidupan kami. Bukakanlah pikiran dan jiwa kami, jauhkanlah syaithan dari kelemahan jiwa dari amal-amal keputusan kami. Jadikan agar kami merubah cara belajar kami, bukan merubah amanah dakwah kami. Jadikanlah agar kami tetap berkarya meski dalam keterbatasan jiwa.

Ya Rabb, kokohkanlah kami di jalan-Mu, jalan para Nabi, jalan para Syuhada dan Da'i-da'i yang ikhlas di jalan-Mu. Ya Rabb, istiqomahkanlah kami di jalan-Mu, hingga akhir hayat kami.
Aamiin…

Sumber : http://hebadaragema4.multiply.com/
****
Dakwah adlh nafas panjang, yg kemuliaannya hanya dapat diraih melalui tangga keikhlasan.

Sobat, jgn katakan lelah... tp katakanlah LILLAH!!

Dakwah bukan menurut suka arifin / suka shabatku tetapi harus menurut ksukaan ALLAH & RASULNYA,ALQUR'AN & ASSUNNAH.ALLAH pun berdakwah mngajak mahlukNYA ke SYURGANYA(QS10:25).Krn itulah amal termulia adalah dakwah(QS41:33),dengan konsekuensi dimusuhi."U menegakkan yang HAQ & menghancurkan kebathilan,pasti dibenci para pendosa"(QS8:8).Sungguh tanpa dakwah para Rasul & pewarisnya,ulama,Islam tidak dikenal.Ayo shabatku kita bergabung barisan dakwah (Ust.Arifin Ilham)

Sesungguhnya peletak dasar pergerakan dakwah modern semisal Hasan Al Banna telah memberi contoh bahwa yang merasakan sentuhan pertama nilai pendidikan seorang da’i, justru orang terdekatnya, jika ia seorang ayah, maka istri dan anaknyalah yang merasakan sentuhan pertama. Demikian pula bila ia adalah seorang ibu (Dra.Hj.Wirianingsih,”Cinta di rumah Hasan Al Banna”)

Dakwah bukanlah tujuan, melainkan sebuah sarana mencapai tujuan akhir hidup kita, Berjumpa dg Allah di Syurga Firdaus (Ust.Qodrat)

Kunci Sukses Dakwah, Jangan Maju Karena Dipuji. Jangan Mundur Karena Dicaci (Aa' Gym)

Aku bisa karena aku mau, bukan karena ingin. "Menjadi apa aku saat ini. Karena kemauanku kemarin. Menjadi apa aku esok, karena kemauanku hari ini! Aku tidak akan pernah menjadi apa-apa bila aku hanya ingin, tanpa kemauan yang kuat untuk mewujudkannya. (Riswan E.T)

Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hinnga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.
(Alm. Ust.Rahmat Abdullah)
**
1. selama ini kita ber-Islam karena kita hidup (lahir sudah Muslim) | ataukah hidup kita memang untuk Islam? (pilihan hidup)?
2. selama ini kita dakwah untuk hidup | atau hidup untuk dakwah?
3. kalo dakwah untuk hidup, wajar banyak galaunya, banyak pilih2, nahan2 ilmu, presentasi nggak mau bagi, ngisi kalo amplop gede doang
4. kalo dakwah untuk hidup, wajar semangatnya kalo yang meng-ekspose dirinya doang, maunya kalo yang enak2nya doang, caper
5. kalo dakwah untuk hidup, wajar kalo yang disampaikan nggak pernah esensial, yang nggak undang kontroversi aja, riba nggak disinggung
6. yang hidupnya untuk dakwah, dia malah seneng kalo ulama2 lain bermunculan, dan nggak pernah nahan2 ilmu, seneng kalo ilmunya manfaat
7. yang hidupnya untuk dakwah, nggak repotkan reaksi orang, bagi dia yg penting sudah sebaik mungkin sampaikan perintah Allah, walau pahit
Hidup untuk dakwah, ini yang sampai sekarang coba saya pelajari dari @kupinang, @salimafillah, @Yusuf_Mansur dan tentu Rasulullah Muhammad
Hidup untuk dakwah, ini yang selama ini saya coba pelajari dari @syarifbaraja, @jamilAzzaini, dan @aagym yang sudah lebih dulu contohkan
Dakwah memang harus berkorban namun bukan lalaikan kewajiban (Ust.Felix Siauw)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 Tips untuk Tampil Percaya Diri

Bersyukur masih bisa bersyukur.

Ukhti...